Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengupas Fakta Pemanasan Global: Apa yang Telah Terjadi, Penyebabnya, dan Solusinya

Apakah Kamu menyadari bahwa lingkungan sekitar Kamu telah mengalami banyak perubahan? Suhu udara tidak lagi sejuk, musim kemarau dan hujan yang tidak selalu sama setiap tahunnya, daerah yang biasanya tidak terkena banjir sekarang terkena banjir, dan masih banyak perubahan lainnya. Semua perubahan ini menunjukkan bahwa Bumi kita sedang mengalami masalah yang serius. Namun, apa yang sebenarnya menyebabkannya? Bagaimana proses perubahannya sehingga kita merasakan dampaknya saat ini? Sebagai manusia, apa yang dapat kita lakukan untuk ikut berpartisipasi dalam upaya untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan? Semua jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa Kamu temukan di blog ini.

Sumber: ilmunesia.org

Pemanasan global adalah fenomena meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat peningkatan emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia. Fenomena ini telah terjadi selama beberapa dekade dan telah menimbulkan dampak yang signifikan terhadap lingkungan dan kehidupan manusia.

Salah satu fakta yang paling menonjol terkait dengan pemanasan global yaitu peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi. Data menunjukkan bahwa suhu rata-rata permukaan bumi telah meningkat sekitar 1 derajat Celsius sejak akhir abad ke-19. Peningkatan suhu ini tidak hanya terjadi di daratan, tetapi juga di perairan dan lapisan es. Berikut fakta-fakta yang sudah terjadi oleh pemanasan global:

1. Suhu Permukaan Laut Meningkat

Menurut laporan dari badan pengamat kondisi samudra dan atmosfer Amerika NOAA, pada Agustus 2019 terjadi peningkatan suhu samudra secara global sebesar 0,02 oC. Hal ini menyebabkan permukaan laut mencapai suhu tertinggi dalam sejarah. Dibandingkan dengan tiga sampai lima juta tahun yang lalu, suhu air laut meningkat dua sampai tiga derajat Celcius.

Ekosistem laut merupakan salah satu ekosistem yang sangat rentan terhadap perubahan suhu. Pemanasan laut telah menyebar hingga kedalaman 700 meter dari permukaan laut. Wilayah ini dikenal sebagai zona lautan yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.

Peningkatan suhu perairan dapat mempengaruhi kondisi karang. Saat suhu perairan naik, karang dapat mengalami pemutihan (bleaching), yang menyebabkan pertumbuhan karang terhambat dan rentan terhadap penyakit sehingga dapat menyebabkan kematian massal. Karang merupakan habitat bagi berbagai spesies laut, sehingga kerusakan karang dapat berdampak pada kehidupan biota laut lainnya.

Beberapa jenis spesies memiliki proses reproduksi dan siklus hidup yang terpengaruh oleh suhu, seperti contohnya udang Krill. Ketika suhu perairan meningkat, jumlah reproduksi udang Krill akan berkurang. Penyu juga mengalami pengaruh suhu terhadap jenis kelamin anaknya, di mana perairan hangat cenderung melahirkan anak penyu betina, sedangkan perairan dingin cenderung melahirkan anak penyu jantan. Oleh karena itu, perubahan suhu yang signifikan dapat berdampak pada populasi organisme laut, bahkan dapat menyebabkan kepunahan.

Selain itu, kenaikan suhu juga memengaruhi penyebaran spesies dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit laut. Di beberapa daerah, populasi bakteri dapat meningkat dan mengurangi ketersediaan oksigen di lingkungan sekitarnya. Dampaknya, organisme lain terpaksa bermigrasi ke daerah lain yang dapat mengancam kelangsungan hidup mereka.

2. Salju Abadi Pegunungan Puncak Jaya Papua, Menghilang

Apakah Kamu tahu bahwa Indonesia memiliki pegunungan bersalju seperti Puncak Everest di Himalaya? Hanya Pegunungan Jaya Wijaya di Papua yang memiliki lapisan salju. Puncak Cartenz, salah satu puncak Pegunungan Jaya Wijaya yang terkenal, termasuk dalam tujuh puncak tertinggi di dunia atau yang dikenal sebagai World Seven Submit, dan menjadi tujuan favorit para pendaki.

Saat ini, gletser yang dulunya dianggap sebagai salju abadi telah hilang. Pada tahun 1850, gletser mencakup wilayah seluas 19,3 km2, tetapi pada tahun 2018, wilayah tersebut berkurang menjadi hanya 0,5 km2. Kejadian pencairan es gletser di Pegunungan Jaya Wijaya dapat berpengaruh terhadap jumlah dan kualitas air di wilayah tersebut, seperti perubahan dalam jumlah debit air dan suhu air. Hal ini dapat mengganggu ekosistem air tawar di daerah tersebut.


3. Es Kutub Mulai Mencair

Sebagian besar daratan di Bumi ini tertutup es. Lebih dari 90% dari seluruh es di Bumi terletak di Antartika, sementara sisanya berada di Greenland. Lapisan es Antartika dan Greenland memiliki fungsi penting sebagai pelindung bagi Bumi dan lautan.

Jika dilihat dari luar angkasa, es Antartika dan Greenland akan terlihat sebagai hamparan atau titik putih yang terang. Fungsi dari hamparan es putih tersebut adalah memantulkan gelombang atau panas dengan efektif sehingga kelebihan panas dipantulkan kembali ke luar angkasa, menjaga suhu Bumi tetap stabil. Oleh karena itu, kutub utara menjadi lebih dingin dibandingkan dengan wilayah lain di Bumi. Kehilangan es di kutub dapat memperburuk peningkatan suhu permukaan Bumi.

Perubahan kondisi es gletser di kutub dapat berdampak pada kelangsungan hidup makhluk yang tinggal di daerah tersebut. Meskipun makhluk hidup berusaha untuk beradaptasi dengan perubahan kondisi habitatnya, tidak semua mampu untuk melakukannya.

Beruang es, yang hidup di daerah kutub, merupakan salah satu hewan yang terdampak oleh perubahan kondisi gletser es di kutub. Karena es di atas lautan banyak yang telah mencair, beruang es terpaksa mencari makanan di daratan. Namun, berkurangnya wilayah tempat berburu beruang es akan mempersempit peluang bertahan hidupnya dan mengakibatkan menurunnya populasi hewan ini. Jika situasi ini terus berlanjut, maka beruang es dapat mengalami kepunahan.

4. Permukaan Air Laut Mulai Naik

Kenaikan permukaan air laut adalah salah satu dampak dari mencairnya es di kutub karena air yang berasal dari pencairan es akan mengalir ke laut dan meningkatkan tinggi permukaan air. Data yang dikeluarkan oleh NASA menunjukkan bahwa kenaikan permukaan air laut global telah meningkat sebesar 97 mm dengan rata-rata peningkatannya adalah 3,3 mm per tahun.

Kenaikan permukaan air laut dapat berdampak signifikan bagi masyarakat Indonesia yang bermukim di pesisir laut, seperti sering terjadi bencana banjir rob dan pasang air laut yang lebih tinggi.

5. Cuaca Ekstream: El Nino dan La Nina

Pada akhir bulan Oktober 2020, Indonesia mengalami tingkat curah hujan yang tinggi. Peningkatan curah hujan tersebut dikaitkan dengan fenomena La Niña dan diprediksi oleh BMKG dapat meningkatkan akumulasi curah hujan hingga 20% hingga 40%.

Apakah arti dari fenomena La Niña yang telah disinggung oleh BMKG? Dan bagaimana hal tersebut berhubungan dengan kejadian di Indonesia? Selain itu, bagaimana kaitan antara peningkatan suhu permukaan laut dengan cuaca ekstrem yang terjadi di Indonesia? Fenomena El Niño Southern Oscillation (ENSO) merupakan suatu peristiwa iklim yang mempengaruhi perubahan sirkulasi atmosfer global sebagai akibat dari perubahan suhu permukaan air laut. ENSO terdiri dari tiga fase, yaitu El Niño, La Niña, dan Netral, yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda.

  • El Nino
    El Niño adalah peristiwa kenaikan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik tropis bagian timur dan tengah melebihi rata-rata normal. Dampaknya di Indonesia, curah hujan cenderung menurun sementara di Samudera Pasifik tropis, curah hujan meningkat. Perubahan arah angin permukaan rendah yang biasanya mengalir dari timur ke barat (angin timur) di sepanjang ekuator juga terjadi, dimana angin bertiup dari barat ke timur (angin barat).
  • La Nina
    Peristiwa La Niña adalah fenomena alam yang menurunkan suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis bagian timur dan tengah di bawah rata-rata normalnya. Dampak dari peristiwa La Niña di wilayah Indonesia adalah meningkatnya curah hujan, sementara di Samudera Pasifik tropis, curah hujan menurun. Selain itu, angin timur laut yang biasanya normal di sepanjang ekuator menjadi lebih kuat.
  • Netral
    Kondisi netral tidak sama dengan El Niño atau La Niña. Kondisi netral adalah saat suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis umumnya mendekati rata-rata normal. Namun, fenomena El Niño dan La Niña berdampak pada makhluk hidup. Sebaliknya, di daerah dengan musim kemarau yang panjang, intensitas kebakaran hutan meningkat. Kekurangan air menyebabkan banyak tumbuhan menjadi kering, yang dapat mengakibatkan penurunan populasi tumbuhan dan bahkan kematian spesies tanaman.

Kenaikan suhu bumi terjadi akibat peningkatan kadar CO2 di atmosfer.

Peningkatan suhu bumi disebabkan oleh efek rumah kaca, yaitu proses penangkapan panas oleh gas-gas tertentu di atmosfer. Gas-gas tersebut, termasuk CO2, menahan panas dari matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi dan mencegahnya terlempar kembali ke luar atmosfer. Akibatnya, suhu di permukaan bumi naik.

Peningkatan kadar CO2 di atmosfer dipicu oleh aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, penggunaan listrik, dan pertanian. Kegiatan ini melepaskan CO2 ke atmosfer dan mengakibatkan peningkatan konsentrasi gas CO2.

Kenaikan kadar CO2 di atmosfer pada gilirannya meningkatkan efek rumah kaca dan menyebabkan suhu bumi semakin meningkat. Peningkatan suhu ini dapat berdampak besar pada lingkungan, termasuk meningkatnya suhu laut dan menyebabkan kenaikan permukaan air laut, kerusakan ekosistem dan kehilangan spesies, serta gangguan pada produksi pangan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu, pengurangan emisi gas rumah kaca menjadi sangat penting untuk mengurangi dampak perubahan iklim pada planet kita.

Terjadinya Efek Rumah Kaca

Pernahkah Kamu mendengar istilah efek rumah kaca? Jika Kamu mencari di internet, Kamu akan menemukan gambaran sebuah ruangan transparan terbuat dari kaca yang berfungsi untuk menjaga suhu udara hangat agar bermanfaat bagi tumbuhan. Atmosfer Bumi memiliki sistem serupa dengan rumah kaca tersebut, yaitu peristiwa terperangkapnya udara hangat yang dikenal dengan istilah efek rumah kaca.

Matahari merupakan sumber panas utama bagi permukaan Bumi. Energi dari Matahari disalurkan ke Bumi dalam bentuk radiasi, yang kemudian berubah menjadi panas di permukaan Bumi. Energi Matahari yang mencapai permukaan Bumi digunakan untuk mendukung berbagai aktivitas manusia seperti mengeringkan pakaian, mengeringkan hasil pertanian, pembangkit listrik, dan sebagainya. Radiasi tersebut termasuk dalam kategori gelombang pendek dengan suhu yang hangat.

Sebagian dari gelombang pendek bersuhu hangat yang mencapai permukaan Bumi tidak sepenuhnya diserap, melainkan dipantulkan kembali ke luar angkasa sebagai gelombang inframerah. Hal ini menjaga agar suhu permukaan Bumi tidak terlalu panas.

Gas-gas seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), klorofluorokarbon (CFC), nitrogen monoksida (NO2), nitrogen dioksida (NO), dan belerang dioksida (SO2) yang ada di atmosfer Bumi berperan dalam efek rumah kaca dengan menyerap energi pada rentang panjang gelombang 5-50 nm. Ketika molekul gas rumah kaca menyerap energi, mereka bergetar dan berputar, dan sebagian besar energi lainnya dipancarkan kembali ke permukaan Bumi.

Oleh karena itu, radiasi inframerah tidak bisa lepas dari atmosfer dan dipantulkan kembali ke Bumi, sehingga suhu rata-rata permukaan Bumi tetap sekitar 15°C karena efek rumah kaca. Efek rumah kaca berperan dalam menjaga agar perbedaan suhu antara siang dan malam tidak terlalu jauh serta menjaga suhu Bumi tetap hangat. Jika gas rumah kaca tidak mencukupi di atmosfer, suhu Bumi akan turun drastis dan permukaan Bumi akan ditutupi lapisan es.

Kegiatan manusia yang berdampak pada perubahan lingkungan.
  • Kegiatan terkait alih fungsi lahan. 
  • Penggunaan Freon dalam Kehidupan Sehari-hari
  • Aktivitas kendaraan bermotor

Solusi Mengatasi Pemanasan Global

Pemanasan global atau perubahan iklim semakin menjadi perhatian global akhir-akhir ini. Berbagai aktivitas manusia yang menghasilkan emisi gas rumah kaca, seperti penggunaan kendaraan bermotor, pembakaran bahan bakar fosil, dan penebangan hutan, menjadi faktor utama penyebab pemanasan global. Peningkatan suhu Bumi menyebabkan berbagai perubahan iklim yang dapat berdampak buruk pada kehidupan manusia dan ekosistem Bumi secara keseluruhan.

Namun, tidak semua harapan hilang untuk mengatasi pemanasan global. Ada berbagai solusi yang dapat dilakukan untuk meminimalkan emisi gas rumah kaca dan mengurangi dampak pemanasan global. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diimplementasikan untuk mengatasi pemanasan global:
  • Beralih ke energi terbarukan 
Penggunaan energi terbarukan seperti energi surya, angin, dan air dapat mengurangi emisi gas rumah kaca. Pemerintah dan perusahaan dapat mengembangkan infrastruktur dan teknologi energi terbarukan agar dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
  • Menanam lebih banyak pohon 
Pohon berperan penting dalam menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Oleh karena itu, menanam lebih banyak pohon dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperbaiki kondisi lingkungan.
  • Menggunakan kendaraan yang ramah lingkungan 
Penggunaan kendaraan bermotor merupakan salah satu penyebab utama emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, menggunakan kendaraan ramah lingkungan seperti mobil listrik, sepeda, atau transportasi umum dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.
  • Mengurangi konsumsi energi 
Mengurangi konsumsi energi dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Beberapa cara untuk mengurangi konsumsi energi adalah dengan mematikan peralatan listrik saat tidak digunakan, menggunakan peralatan listrik yang hemat energi, dan menggunakan pencahayaan alami.
  • Edukasi dan kesadaran lingkungan 
Edukasi dan kesadaran lingkungan merupakan hal penting dalam mengatasi pemanasan global. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang dampak pemanasan global dan cara mengurangi emisi gas rumah kaca dapat membantu memperbaiki kondisi lingkungan.

Kita semua dapat berkontribusi dalam mengatasi pemanasan global dengan melakukan perubahan-perubahan kecil dalam kehidupan sehari-hari. Semua tindakan yang kita lakukan dapat membantu memperbaiki kondisi lingkungan dan memberikan dampak positif pada kehidupan kita dan generasi mendatang.

Mari kita bersama-sama melakukan perubahan dan menyelamatkan bumi untuk masa depan kita dan generasi mendatang. Kita ingat betapa pentingnya menjaga lingkungan, dan jangan pernah ragu untuk sering membaca artikel ini dan membagikan pengetahuan ini kepada orang-orang di sekitar kita.